Danang Adhi Setyawan
Minggu, 26 Mei 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Kamis, 13 Desember 2012
Artikel
* Perasaan Hati
Tak kan mampu raga ini menopang bila terdapat hati yang tersakiti seperti kehilanganmu,kehilanganmu bagaikan secangkir kopi tanpa gula,pahit,tidak karuan karena kaulah bidadari yang bersemayam selalu dalam fantasiku
* Harapan Kosong
Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan ,memandangmu dengan penuh harapan bisa mendapatkan sedikit hati yang kau miliki. bukankah hal yang wajar apabila seorang pria jatuh hati pada seorang wanita?
* Best Friend Forever
Beragam peristiwa telah kita hadapi bersama, dalam suka maupun duka .jangan sedih,karena itu akan membuatku ikut bersedih.tetaplah dalam aura kecerian karena tawamu mampu mewarnai dunia ini.tetaplah tersenyum wahai sahabatku..
* Perpisahan
Jangan jadikan suatu perjumpaan ini menjadi akhir dari segalanya,karena takkan ada yang mampu menghapus semua ingatan tentang kita.dan semoga ini akan tetap menjadi kenangan yang tersimpan dalam dada ini
* Perasaan Hati
Tak kan mampu raga ini menopang bila terdapat hati yang tersakiti seperti kehilanganmu,kehilanganmu bagaikan secangkir kopi tanpa gula,pahit,tidak karuan karena kaulah bidadari yang bersemayam selalu dalam fantasiku
* Harapan Kosong
Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan ,memandangmu dengan penuh harapan bisa mendapatkan sedikit hati yang kau miliki. bukankah hal yang wajar apabila seorang pria jatuh hati pada seorang wanita?
* Best Friend Forever
Beragam peristiwa telah kita hadapi bersama, dalam suka maupun duka .jangan sedih,karena itu akan membuatku ikut bersedih.tetaplah dalam aura kecerian karena tawamu mampu mewarnai dunia ini.tetaplah tersenyum wahai sahabatku..
* Perpisahan
Jangan jadikan suatu perjumpaan ini menjadi akhir dari segalanya,karena takkan ada yang mampu menghapus semua ingatan tentang kita.dan semoga ini akan tetap menjadi kenangan yang tersimpan dalam dada ini

Sejarah singkat KH ABDURAHMAN WAHID
( GUSDUR )
Selain pernah menjadi Presiden RI, Ketua Umum PBNU, Gus Dur adalah orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Doktor Kehormatan terbanyak. Sepanjang hidupnya, Gus Dur mendapatkan 10 gelar Doktor kehormatan. Inilah perjalanan hidup Gus Dur.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Nama lengkapnya Abdurrahman Wahid. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur.
Kakek Gus Dur adalah KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sementara, kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Gus Dur, pernah secara terbuka pernah menyatakan bahwa dia memiliki darah Tionghoa. Gus Dur bilang bahwa dia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.
Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.[5] Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.
Pada tahun 1944, Abdurrahman Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir perang tahun 1949, Gus Dur pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama.
Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Sejak muda, Gus Dur juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya.
Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada bulan April 1953, ayah Gus Dur meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pendidikan Gus Dur berlanjut dan pada tahun 1954. Dia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas.
Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Gus Dur
pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo.
Gus Dur mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).
Pada tahun 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara dia melanjutkan pendidikannya sendiri, Gus Dur juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah.
Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah sastra, yaitu majalah Horizon dan Majalah Budaya Jaya. Setelah itu, Gus Dur belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.
Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh Universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab.
Karena tidak mau menunjukkan kemampuan bahasa Arab, Gus Dur terpaksa mengambil kelas remedial. Gus Dur menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola.
Gus Dur juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut.
Pada akhir tahun, Gus Dur berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa. Dia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas
* Semangat meraih kesuksesan
Hidup merupakan suatu pilihan,jika kau disuruh memilih antara orang sukses dengan orang yang gagal,
kau mungkin akan memilih orang yang sukses .tapi bukankah untuk menjadi orang sukses dibutuhkan suatu usaha keras? dan sangat dimungkinkan apabila kau mengalami kegagalan,namun dari kegagalan itu tentu saja kau bisa mengambil hikmah yang sangat berarti bukan!!! teruslah mencoba dan berkarya! tidak ada orang sukses tanpa proses yang menyulitkan.
Hidup merupakan suatu pilihan,jika kau disuruh memilih antara orang sukses dengan orang yang gagal,
kau mungkin akan memilih orang yang sukses .tapi bukankah untuk menjadi orang sukses dibutuhkan suatu usaha keras? dan sangat dimungkinkan apabila kau mengalami kegagalan,namun dari kegagalan itu tentu saja kau bisa mengambil hikmah yang sangat berarti bukan!!! teruslah mencoba dan berkarya! tidak ada orang sukses tanpa proses yang menyulitkan.
Rabu, 12 Desember 2012
Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
Senin, 10 Desember 2012
Pendiri organisasi Nadhatul ulama (NU )
SEJARAH NU
Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam
proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kiai Wahab
Chasbullah (Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang) dan
Kiai Cholil (Bangkalan). Mujammil Qomar, penulis buku “NU Liberal: Dari
Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam”, melukiskan peran
ketiganya sebagai berikut Kiai Wahab sebagai pencetus ide, Kiai Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kiai Cholil sebagai penentu berdirinya.
SEJARAH NU

Tentu selain dari ketiga tokoh ulama tersebut , masih ada beberapa
tokoh lainnya yang turut memainkan peran penting. Sebut saja KH. Nawawie
Noerhasan dari Pondok Pesantren Sidogiri. Setelah meminta restu kepada
Kiai Hasyim seputar rencana pendirian Jamiyyah. Kiai Wahab oleh Kiai
Hasyim diminta untuk menemui Kiai Nawawie. Atas petunjuk dari Kiai
Hasyim pula, Kiai Ridhwan-yang diberi tugas oleh Kiai Hasyim untuk
membuat lambang NU- juga menemui Kiai Nawawie. Tulisan ini mencoba
mendiskripsikan peran Kiai Wahab, Kiai Hasyim, Kiai Cholil dan
tokoh-tokoh ulama lainnya dalam proses berdirinya NU.
Langganan:
Postingan (Atom)